Nama Rasuna Said sering kita dengar terutama bagi mereka yang sering main ke daerah Jakarta Selatan. Kita mengenalnya sebagai nama jalan yang tiap hari dilewati oleh ratusan orang karena menjadi jalan vital. Banyak fasilitas-fasilitas masyarakat yang berjejer di pinggir jalan itu. Namun sayangnya masih banyak masyarakat yang belum mengenal siapa itu Rasuna Said.

Suatu sore di kantin kampus. Setelah berdiskusi tentang rencana untuk mencalonkan diri sebagai presiden di tahun 2045. Gue iseng memberikan pernyataan kalau masih banyak orang yang enggak tahu kalau Rasuna Said itu adalah seorang perempuan. Teman gue yang satu tanah kelahiran dengan beliau (Rasuna Said) dan lumayan tahu tentang beberapa pahlawan dari Sumatera Barat agak kurang percaya. Dia bertanya dengan salah satu teman lagi yang baru aja datang.

Rasuna Said itu laki-laki atau perempuan?

Teman yang baru datang itu tanpa ragu dan penuh keyakinan menjawab “laki-laki”. Mendengar jawaban itu, teman gue batal jadi presiden dan memilih jadi guru aja. Memang enggak terlalu besar manfaatnya buat kehidupan kita untuk mengenal jenis kelamin pahlawan bangsa ini. Ya buat apaan coba? Toh enggak ada dalam sejarah Indonesia, pahlawan yang jenis kelaminnya enggak jelas.

Tapi berasa miris enggak sih? Kita sering dengar namanya, sering melewati jalan yang dikasih namanya, atau bahkan tinggal di jalan Rasuna Said tapi keliru dengan jenis kelaminnya. Sekali lagi gue nyatakan, emang enggak penting tapi berasa ada yang mengganjal aja gitu. Enggak miris ya? Oh yaudah.

Oh gue enggak tahu tuh Rasuna Said itu laki-laki apa perempuan, kalau dia buyut gue mungkin gue tahu.

Iya terserah. Kan udah gue bilang enggak penting juga. Tapi emang lu tahu nama buyut dari bapak lu siapa?

Enggak, hehehe.

Iya sama gue juga enggak tau. Lagian enggak penting juga .

Sedikit Mengenal Rasuna Said

Rasuna Said, lengkapnya Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Beliau lahir di Maninjau, Sumatera Barat, 14 September 1910. Sama seperti yang Kartini lakukan di tanah Jawa. Beliau juga memperjuangkan persamaan hak dan derajat perempuan dengan laki-laki. Adapun perjuangan yang dilakukan adalah dengan mendirikan sekolah untuk perempuan-perempuan Minang agar mengenyam pendidikan yang sama dengan laki-laki. Beliau membangun sekolah yang diberi nama Diniyah Putri.

553026d20423bda3198b4567
H.R. Rasuna Said

Beliau berhenti mengajar dari sekolah yang dia dirikan dan berpendapat bahwa kemajuan kaum perempuan tidak hanya didapat dari pendidikan di sekolah. Perempuan bisa lebih maju dengan memiliki peran dalam perjuangan politik. Beliau bermaksud untuk memasukkan kurikulum pendidikan politik di sekolahnya.

Hal ini tentunya ditolak oleh para golongan yang lebih senior di sana. Pada akhirnya dia berguru pada salah seorang tokoh legendaris yang sudah sering kita dengar namanya. Haji Abdul Malik Karim Amarullah. Akrab ditelinga dengan nama Buya Hamka.

Iya, yang namanya persis nama kampus swasta UHAMKA.

Iya, penulis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk.

Iya, novelnya udah di filmin. Aktrisnya Pevita Pearce, lalu muncul kalimat ikonik ‘Hayati lelah, bang.’.

Buya Hamka memiliki pengaruh yang besar atas pandangan pemikiran Rasuna Said terkait dengan pentingnya pembaharuan pemikiran dalam Islam. Menyadarkan kembali bahwa Islam yang sebenarnya adalah mengangkat hak dan kehormatan para muslimah di tanah Minang.

Ohh… Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk itu adaptasi novel. Gue baru tahu loh..!

Iya, mulai sekarang kurang-kurangin main gadgetnya ya. Sekali-kali baca buku sejarah atau sastra klasik biarpun nggak penting.

kecantikan-abadibuya-hamka

Tinggalkan komentar